 | KUASA HASRAT GENGGAM PINTAR HP | Budi Susanto, S.J. |  | Sinopsis | [Teknologi dan] insinyur-insinyuryakin pad a bahasa mereka, sebagaimana kita percaya pada bahasa kita. Mereka bermimpi dan merencanakan sarna giatnya dan sarna seringnya seperti kita semua. Tetapi lebih dari kita semua, mereka yakin bahwa ada kesamaan antara perencanaan dengan mimpi itu. Ketika pengetahuan merekasam pai pada batas tertentu, mereka nampak tegar, lebih menarik, lebih tragis dan berbahaya. Bahkan, para insinyur tersebut dapat mudah memaklumkan diri mereka sebagai "insinyur jiwa manusia:' Tentu saja, perlu disadari bahwa "ada seorang insinyur dalam diri kita masing-masing.
Rudolf Mrazek, 2006
Engineers ofHappy Land.
Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di sebuah Koloni.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, xvii |
|  |  | SADUR BUDAYA | Budi Susanto, S.J. |  | Sinopsis | Lebih dari duapuluh tahun yang lalu, terjemahan dalam bahasa Indonesia buku The Interpretation of Cultures tulisan Clifford Geertz berikut ini pernah disebar-luaskan dalam tiga seri buku. Buku Sadur Budaya dalam satu seri lengkap berikut ini sesungguhnya juga sudah cukup lama mengajukan pandangan dasar bahwa kebudayaan misalnya, bukanlah sekedar menggali dan menyajikam sebuah “cetak biru” demi pewarisan dan pelestarian sepanjang seratus tahun nasib negara bangsa merdeka, Indonesia. Selain alasan bahwa cetakan pertama sudah habis terjual, buku Sadur Budaya berbahasa Indonesia berikut ini - semoga - masih dapat menjadi salah satu pilihan untuk memulai mengkaji-ulang masa lalu Indonesia untuk etnografi Indonesia masa kini. Sesudah membaca buku ini, peran para etnografer bukan lagi memberi pemahaman dengan penggalian pola-pola makna terbagikan dari hasil olah tafsir peneliti. Adalah baik kalau peneliti cerdas mendengarkan pihak sesama yang lain (liyan) untuk kemudian menyampaikan tentang (si)apa diri mereka sendiri maupun tentang orang lain. Pemahaman Sadur Budaya belaka akan mudah menjadi etnografi yang rawan dan rapuh dimanfaatkan pihak (kepanglimaan) tertentu untuk bersiasat memangkirkan peluang hadirnya keraguan untuk mempertanyakan tentang kekuasaan dan pembeda-bedaan yang dapat me-liyan-kan secara tidak adil dan tidak manusiawi terhadap sesama dalam sebuah masyarakat.
|
|  |  | Geerzt Dan Para Koleganya | Richard A Shweder dan Byron Good |  | Sinopsis | Geertz telah berjasa besar menyediakan data dan analisa penelitian,
serta memperkenalkan kajian Indonesia kepada dunia ilmu pengetahuan dan
ilmu-ilmu sosial khususnya. Shweder, seorang dari Kolega Geertz, dan
editor buku ini, lebih dari satu dasa warsa yang lalu pernah menulis
bahwa jasa besar antropologi simbolik yaitu merubah paham yang semula
menganggap bahwa gagasan, kata-kata, dan kenyataan adalah tiga hal yang
saling berbeda. Selain itu, antropologi simbolik juga memperkenalkan
bahwa aksi berpikir terjadi tidak sekadar di dalam benak kepala kita.
Bagaimana mengatakan sesuatu adalah lebih penting daripada mengatakan
sekedar apanya. Hal seperti ini juga berarti, misalnya, bahwa seseorang
(hanya) dapat tahu apa yang dia pikirkan, jika saja dia sudah mendengar
bagaimana yang bersangkutan mengatakan hal termaksud. Cara kerja Geertz
yang mengutamakan penafsiran rangkaian simbol yang diter-pola-kan dalam
apa yang dia hakekatkan sebagai “kebudayaan” (upacara, kesenian, iman
keagamaan, kelembagaan, dan hal-hal lain sejenisnya) telah dikritisi
oleh sebagian antropolog, termasuk beberapa ahli kajian Indonesia –
khususnya mereka yang berbasis cara kerja dekonstruktif. Mereka memahami
cara kerja Geertzian semakin sulit untuk mengungkap jejak-langkah
pengalaman dan peristiwa masyarakat kebanyakan; yang selama ini rapuh
tersandera oleh kesewenang-wenangan masyarakat dari kelas elit yang
(sedang) berkuasa.
|
|  |
|
 |
 |
(IN) TOLERANSI WAYANG UNTUK KUASA HASRAT RAKYAT INDONESIA
Y. APRIASTUTI RAHAYU (editor)
|
|
|